Properti merupakan sektor yang tahan banting akan terpaan dampak pandemi Covid-19 maupun disrupsi digital. Kendati penjualannya menurun, harga terus naik. Salah satu yang menjadi target pasar sektor ini adalah generasi milenial.Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Barat (Jabar) Asep Ahmad Rosidin, mengungkapkan, bisnis properti sudah kembali meningkat atau pulih meski sempat lesu akibat pandemi Covid-19. "Semua sektor industri kaget akibat pandemi, bukan hanya properti," ucap Asep dalam Bincang Properti Pascapandemi bertajuk "Investasi Cerdas Generasi Muda" secara virtual Rabu (20/4/2022).
Menurut Asep, faktor yang menyebabkan bisnis properti lesu bukan daya beli masyarakat. Dia berpandangan, saat jumlah kasus Covid-19 tinggi, masyarakat khawatir beraktivitas di luar rumah. Pada saat bersamaan, kebanyakan pegawai perusahaan properti bekerja dari rumah (work from home/WFH). Sementara masyarakat terbiasa ingin melihat lokasi saat hendak membeli properti. "Faktornya, karena tidak ada titik temu saja, di antara kebiasaan masyarakat itu dengan kekhawatiran di tengah pandemi. Istilah saya, saat itu daya beli tertunda, bukan (daya beli) menurun," tutur Asep.
Data World Market Research (WMR) mencatat, permintaan properti rumah mendominasi dengan 55%. Tanah menempati peringkat kedua sebanyak 12%. Dari segi rentang usia, kebanyakan pembeli merupakan kelompok 35-45 tahun atau milenial.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Prodi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia (FPEB UPI) Heny Hendrayat menyebutkan, secara umum sektor properti tahan banting di tengah pandemi Covid-19. Dari berbagai jenis properti, rumah tipe menengah tampak paling tahan akan terpaan. Per kuartal IV 2021, rumah tipe menengah tumbuh 11,26%. Sementara rumah tipe kecil dan yang besar terkoreksi. "Kalaupun dari segi penjualan lesu, harganya terus naik. Rata-rata peningkatan 10%-15% per tahun. Sektor properti akan terus menjadi primadona, mengingat fungsinya sebagai kebutuhan dasar," ucap dia.
Data World Market Research (WMR) mencatat, permintaan properti rumah mendominasi dengan 55%. Tanah menempati peringkat kedua sebanyak 12%. Dari segi rentang usia, kebanyakan pembeli merupakan kelompok 35-45 tahun atau milenial.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Prodi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia (FPEB UPI) Heny Hendrayat menyebutkan, secara umum sektor properti tahan banting di tengah pandemi Covid-19. Dari berbagai jenis properti, rumah tipe menengah tampak paling tahan akan terpaan. Per kuartal IV 2021, rumah tipe menengah tumbuh 11,26%. Sementara rumah tipe kecil dan yang besar terkoreksi. "Kalaupun dari segi penjualan lesu, harganya terus naik. Rata-rata peningkatan 10%-15% per tahun. Sektor properti akan terus menjadi primadona, mengingat fungsinya sebagai kebutuhan dasar," ucap dia.
Sementara Financial Planner Arindra Mentari Putri mengatakan sejumlah perilaku generasi milenial menurut survei Alvara Research Center pada Januari 2018, salah satunya tidak harus memiliki. Artinya, selama bisa menyewa, memiliki barang bukan suatu keharusan bagi generasi milenial. "Padahal, properti bisa bermanfaat sebagai investasi, bukan hanya hunian," kata dia.
Dia mengatakan tantangan generasi milenial yakni fenomena Sandwich Generation. Definisi Sandwich Generation, yakni orang dewasa yang menanggung biaya dua generasi sekaligus, orang tua beserta anaknya. "Berinvestasi merupakan pilihan solusi menghindari Sandwich Generation, apalagi berdasarkan data, hanya 5,34% penduduk Indonesia yang sudah memiliki dana pensiun," kata dia.
Dia mengatakan tantangan generasi milenial yakni fenomena Sandwich Generation. Definisi Sandwich Generation, yakni orang dewasa yang menanggung biaya dua generasi sekaligus, orang tua beserta anaknya. "Berinvestasi merupakan pilihan solusi menghindari Sandwich Generation, apalagi berdasarkan data, hanya 5,34% penduduk Indonesia yang sudah memiliki dana pensiun," kata dia.
Sementara Head of Regional Marketing Jawa Barat Agung Podomoro Land Tedi Guswana mengungkapkan, penjulaan Agung Podomoro Land mencapai Rp 2,7 triliun pada 202, lebih tinggi daripada target, yakni Rp 2 triliun. Kebanyakan dari angka capaian itu berada di Jawa Barat. Dia memprediksi, kecenderungan masyarakat akan properti, terutama pascapandemi sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Hal ini setidaknya terlihat dari permintaan pasar terhadap properti Podomoro Park Bandung
"Properti dipandang tidak hanya sebagai investasi keuangan, tetapi investasi kesehatan. Selain itu, produk-produk hunian saat ini diharapkan merujuk pada akomodasi kebutuhan masayarakat. Ketidakpastian pandemi mengubah paradigma terhadap properti dan ini yang harus dipandang serius oleh developer," katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Boy Iman Nugraha mengatakan hal yang perlu menjadi perhatian bagi pebisnis properti, yakni menjaga lingkungan.
"Properti dipandang tidak hanya sebagai investasi keuangan, tetapi investasi kesehatan. Selain itu, produk-produk hunian saat ini diharapkan merujuk pada akomodasi kebutuhan masayarakat. Ketidakpastian pandemi mengubah paradigma terhadap properti dan ini yang harus dipandang serius oleh developer," katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Boy Iman Nugraha mengatakan hal yang perlu menjadi perhatian bagi pebisnis properti, yakni menjaga lingkungan.
sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/918751/mulai-pulih-sektor-properti-bidik-segmen-milenial/2
0 Comments