Tiny House, Cara Cerdas Siasati Lahan Mahal dan Keterbatasan Ruang

Ilustrasi Tiny House(Aysegul Yahsi)

 

JAKARTA - Istilah tiny house atau rumah mungil memiliki banyak arti bagi banyak orang dan kemungkinan interprestasi yang berbeda.

Tempat lahirnya gerakan tiny house berawal di Amerika Serikat dan berkembang di Eropa khususnya di Belanda.

Gerakan rumah mungil mengandung filosofi, "puas dengan memiliki secukupnya dan pentingnya hal-hal esensial”.

Rumah mungil bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk menciptakan kehidupan yang ingin Anda jalani.

Menciptakan situasi hidup sehat, ramah lingkungan dan bebas, dengan cara yang sesuai dengan kepribadian Anda.

Selain itu, juga fokus pada pengalaman, menghabisakan waktu di alam, hingga menjadi gaya hidup seseorang dan beberapa hanya ingin berbeda, hanya untuk berbeda.

Rumah mungil adalah unit hunian utama dan lengkap dalam skala kecil.

Membangun dan tinggal di rumah mungil merupakan jawaban dari keinginan untuk hidup sederhana, fokus memiliki harta benda sedikit, dan lingkungan yang lebih kecil.

Cara cerdas memanfaatkan ruang dan penggunaan teknologi inovatif menjadi ciri khas desain dan konstruksi rumah mungil.

Sebuah rumah mungil punya luas maksimal 50 meter persegi, berkualitas tinggi dengan beberapa fitur dan fungsi yang diinginkan.

Di Amerika Serikat, rumah mungil semakin popular, 65 persen dari mereka yang disurvei mengatakan, empat faktor paling menarik yang ditawarkan gaya hidup rumah mungil yaitu keterjangkauan, efisiensi, keramahan lingkungan, dan minimalis.

Tentu saja, tinggal di rumah mungil bukan untuk semua orang. Rumah mungil juga bisa
menjadi tidak nyaman ketika sistem ventilasi dan pendinginan tidak tepat.

Tidak ada banyak ruang bagi orang untuk bergerak, dan hanya beberapa orang yang bisa dengan nyaman di sebagian besar rumah mungil.

Salah satu manfaat terbesar dari rumah mungil adalah penghematan biaya.

Karena ruangannya jauh lebih kecil daripada rumah rata-rata, Anda akan memiliki tagihan listrik yang lebih rendah, pembayaran bulanan yang lebih kecil, dan biaya perawatan yang lebih rendah.

Selain itu, rumah akan lebih murah untuk dibeli di muka, atau biaya sewa yang lebih murah.

Namun, di Indonesia, konsep rumah mungil belum begitu populer.

Hal ini karena memiliki rumah kecil bukan cita-cita kebanyakan orang Indonesia.

Menurut Arsitek dan Founder PT Arya Cipta Graha Cosmas Gozali, rumah masih dianggap sebagai kebanggaan, lambang status sosial dan ekonomi, serta keberhasilan pemiliknya.

Rumah juga merupakan sarana untuk menerima kunjungan saudara dan teman, sehingga ruangan kecil tidak cocok buat sebagian orang.

"Orang memilih pulang kampung untuk membangun rumahnya karena masih punya lahan yang lebih luas daripada harus berdempetan-dempetan tinggal di kota gede seperti Jakarta," tutur imbuh Cosmas.

Namun demikian, Cosmas berpandangan, konsep rumah tiny house mungkin akan diterapkan jika harga lahan di perkotaan yang terus melambung tinggi, tak terkendali.

Sumber : https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/25/193628721/tiny-house-cara-cerdas-siasati-lahan-mahal-dan-keterbatasan-ruang?page=2

Post a Comment

0 Comments