![]() |
Namun rupanya tidak semua pengusaha terdampak pandemi COVID-19. Salah satunya Sukiatno, pendiri sekaligus pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Rendang Kemasan dengan merek dagang Mak Tuo. |
JAKARTA – Pandemi COVID-19 sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Berbagai dampak dirasakan, terutama sektor ekonomi. Kondisi itu membuat para pengusaha harus berpikir keras menghadapi new normal saat ini.
Namun rupanya tidak semua pengusaha terdampak pandemi COVID-19. Salah satunya Sukiatno, pendiri sekaligus pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Rendang Kemasan dengan merek dagang Mak Tuo.
Menurut dia, selama pandemi, permintaan pesanan kuliner khas Padang itu, justru meningkat. Berkah itu berkat konsistensinya dalam menjaga mutu serta strategi pemasaran Rendang Mak Tuo.
“Kalau menyangkut mutu saya tidak pernah mau kompromi. Saya sendiri yang membeli dan menyiapkan bahan baku, dari daging sapi dan rempah-rempah,” jelas Sukiatno di dapur produksi rendangnya Jl Wijaya 1 Gang Langgar, Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sukiatno mengatakan, usaha rendang kemasan yang dikelolanya sudah berlangsung selama enam tahun. Sebelumnya, Sukiatno sempat mencoba berbagai profesi, termasuk menjual masakan untuk acara aqikahan. Sukiatno tidak memungkiri banyak menemui tantangan, salah satunya masalah permodalan.
“Walaupun rendang produksi saya banyak disukai pelanggan, tapi awalnya sulit berkembang karena kekurangan modal,” jelas Sukiatno.
Akibat kekurangan modal itu, produksinya menjadi terbatas dan pemasaran sulit berkembang. Namun kesulitan itu berubah menjadi optimisme setelah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memberikan bantuan permodalan.
Telkom sejak lama punya kepedulian dalam pengembangan UMKM. “Berkat bantuan dari Telkom, saya mulai bisa mengembangkan usaha,” kata Sukiatno.
Ia pun membenahi rumahnya sekaligus tempat produksinya. Berbagai peralatan memasak pun ditambahkan sehingga kapasitas produksinya naik. Salain itu, sebagai Mitra Binaan Telkom, Rendang Mak Tuo kerap mengikuti berbagai pameran sebagai ajang promosi.
Selain dukungan modal, Telkom juga membantu Rendang Mak Tuo untuk memperoleh Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari Pemerintah.
Pemasaran rendang Mak Tuo saat ini terbilang mulus. Pola pemasaran Mak Tuo dengan memanfaatkan para reseller. Saat Rendang Mak Tuo memiliki sekitar 100 reseller. Para reseller inilah yang aktif menjual rendang Mak Tuo kepada konsumen atau memasukkan ke toko-toko.
Pola kerjasama dengan reseller dipandang paling tepat untuk memasarkan Mak Tuo. “Mereka yang membuka pasar, saya cukup fokus kepada produksi dan quality control,” ujar Sukiatno yang akrab dipanggil Kiat ini.
Kiat mengakui para resellernya cukup kreatif. Selain memasukan ke toko-toko dan menjual langsung kepada pelanggan, reseller juga mengembangkan pemasaran digital, melalui marketplace atau media sosial.
Produk unggulan Mak Tuo adalah rendang sapi kering hitam. Tapi Mak Tuo juga menyediakan Rendang Paru Kering. Rendang Paru Basah juga menggugah selera. Ada juga rendang jengkol Mak Tuo.
Mak Tuo juga menyediakan rendang tanpa daging alias bumbu rendangnya saja. Sedangkan buat anak-anak tersedia Rendang Anak, yang berbentuk bola daging dan tidak pedas. Menu lain yang wajib dicoba adalah rendang kentang.
“Ciri khas Rendang Mak Tuo adalah kering dan hitam,” ujar Sukiatno seraya menjelaskan memasak rendang tak main-main. Rendang dimasak dengan suhu rendah dalam waktu lama. Proses masaknya bahkan bisa memakan waktu berjam-jam. Karena itu, ia dibantu 12 karyawan yang bekerja secara bergiliran.
Rendang Mak Tuo bisa didapat mulai dari harga Rp70 ribuan untuk kemasan (peles) 200 gram, hingga Rp150 ribuan untuk kemasan (peles) 600 gram. Sedangkan varian rasanya ada yang original dan pedas.
Rendang Mak Tua jika disimpan pada suhu ruangan tetap baik disantap sampai satu bulan. Sedangkan jika disimpan dalam lemari es, Rendang Mak Tuo bisa bertahan sampai tiga bulan.(Difa)
Sumber : https://www.redaksi24.com/rendang-mak-tuo-tetap-cuan-di-tengah-pandemi-covid-19/
0 Comments