Presiden Jokowi Minta Masyarakat Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Apa Maksudnya?

Presiden Jokowi saat meninjau program vaksinasi di Aceh, Kamis (16/9/2021).(Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

- Kendati vaksinasi masih terus dijalankan, di tengah kasus Covid-19 yang terus bertambah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dan meminta masyarakat untuk belajar hidup berdampingan dengan Covid-19.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (16/9/2021), Presiden Jokowi menyampaikan bahwa virus corona tak akan hilang sepenuhnya dari Indonesia maupun dunia.

Pernyataan Jokowi yang minta agar masyarakat harus hidup berdampingan dengan Covid-19, juga pernah ia sampaikan di awal pandemi pada tahun lalu.

Saat itu, seruan New Normal mulai diserukan, kendati vaksin Covid-19 belum digunakan untuk memvaksinasi orang-orang.

Namun, kini sudah cukup banyak beragam jenis vaksin Covid-19 yang digunakan, baik oleh dunia maupun di Indonesia.

"Kita memang harus mulai belajar hidup berdampingan dengan Covid-19 karena memang Covid-19 ini tidak akan hilang secara total dari negara kita," kata Jokowi saat meninjau program vaksinasi di Aceh, Kamis (16/9/2021), dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.

Lantas, apa yang dimaksud dengan hidup berdampingan dengan Covid-19 seperti yang disampaikan Presiden Jokowi?

Sejak pandemi virus corona melanda dunia, di awal pandemi, miliaran orang di dunia dipaksa tinggal di rumah. Bahkan, bekerja, sekolah hingga beribadah harus dilakukan di rumah

Pakar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengatakan kunci hidup berdampingan dengan Covid-19, yang pertama harus memahami bahwa Covid-19 sebagaimana keluarga virus corona lainnya yang sudah ada sejak sebelum pandemi ini muncul.

Dicky mengatakan bahwa sudah ada tujuh virus corona di dunia ini. Dari virus corona yang munculnya tahun 1965, penyakitnya masih ada sampai saat ini sebagai common cold atau flu musiman.

"Lalu MERS pada tahun 2012, sekarang juga masih, meski kasus terakhirnya muncul tahun lalu," ungkap Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/9/2021).

Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis virus corona tersebut pada akhirnya menjadi endemi.

Sedangkan, terkait hidup berdampingan dengan Covid-19 seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, menurut Dicky, virus SARS-CoV-19 penyebab penyakit Covid-19 pun akan sama dengan penyakit-penyakit lainnya.

Masih masa pandemi

Lebih lanjut Dicky menjelaskan bahwa virus corona SARS-CoV-2, relatif baru.

Bahkan, dibandingkan virus di antara keluarga virus corona lainnya, virus ini memiliki mutasi yang cepat, dengan angka reproduksi yang tinggi

"Inilah yang harus mulai disadari oleh semua orang. Sebab, mungkin virus atau penyakit ini akan terus ada, 10 hingga 20 tahun ke depan. Dengan kesadaran itulah, bukan berarti kita harus (hidup) biasa lagi. Karena ini masih masanya pandemi," jelas Dicky.

Kendati hidup berdampingan dengan Covid-19 harus mulai dilakukan, namun Dicky mengingatkan bahwa saat ini masih dalam masa pandemi virus corona.

Artinya, mayoritas orang masih rawan terinfeksi Covid-19, karena belum semua memiliki antibodi atau kekebalan terhadap penyakit ini.

"Sehingga, kalau dilonggarkan, dibiarkan, maka kematian yang akan tinggi. Ini yang harus disadari," kata Dicky.

Dicky mengingatkan selama masih dalam status pandemi, maka yang harus dipahami adalah tetap melakukan upaya pencegahan yang sangat optimal, dengan cara kombinasi.

Kuncinya, kata Dicky, dalam menerapkan hidup berdampingan dengan Covid-19, harus tetap menerapkan 3 T (testing, tracing, treatment), 5M dan vaksinasi Covid-19.

"Semua itu harus dikemas atau dikombinasikan dengan PPKM berlevel, ini sudah benar. Karena WHO juga sudah merekomendasikan itu," imbuhnya.

Dicky menambahkan bahwa namanya hidup dengan Covid-19, prinsipnya, kita menyadari bahwa penyakit ini juga tidak akan hilang dalam waktu yang sangat lama, namun aktivitas kita tidak akan terganggu.

"Itu yang namanya hidup berdampingan," imbuh Dicky.

Bentuk hidup berdampingan dengan Covid-19

Hidup berdampingan dengan Covid-19 bisa terwujud dalam berbagai hal. Kendati demikian, ada strategi komperhensif yang juga akan mengikuti.

Dari mulai regulasi, misalnya terkait masyarakat yang masuk ke satu negara, atau provinsi tertentu, atau penerbangan yang menerapkan aturan paspor vaksin, dan lain sebagainya.

Kemudian, adanya standarisasi sirkulasi udara di gedung-gedung, misalnya penggunaan hepa filter dan lain sebagainya. Kebiasaan memakai masker dan mencuci tangan juga akan selalu diterapkan.

Dari sisi fasilitas kesehatan, nantinya tentu tak lagi ada orang yang takut kekurangan oksigen, atau rumah sakit penuh pasien.

"Jadi yang namanya hidup berdampingan dengan Covid-19 itu komperhensif," kata Dicky.

Sementara itu, saat melakukan tinjauan vaksinasi Covid-19 di Aceh, Presiden Jokowi ingin vaksinasi ini terus dipercepat dan diperluas di berbagai daerah.

Jokowi menjelaskan bahwa pihaknya kini melakukan vaksinasi dari pintu ke pintu (door to door). Hal ini dilakukan untuk memastikan percepatan vaksinasi Covid-19 di Aceh.

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang dimulai sejak 13 Januari 2021, pemerintah telah menetapkan sasaran vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunitu (herd immunity) dengan sasaran mencapai 208.265.720 orang.

Pada akhir tahun ini ditargetkan, 70 persen penduduk di Indonesia sudah divaksinasi.

Post a Comment

0 Comments