Pandemi, Limbah Masker Menggunung di Kediri

BAHAYA: Seorang pekerja di tempat pembuangan akhir Klotok, Kota Kediri mengambil masker bekas di antara tumpukan sampah. (Ilmidza - radar kediri)


New normal membawa perubahan besar pada kehidupan sehari-hari. Masker salah satunya, menjadi bagian penting dari keseharian. Namun, bila tak diwaspadai, limbah masker sekali pakai ini bisa menjadi ancaman bagi lingkungan.

Corona virus disease 2019. Itu nama resmi virus yang menimbulkan penyakit baru, penyakit pernapasan ini. Singkatannya, Covid-19.

Imbas serangannya sungguh sangat luar biasa. Tata cara hidup sehari-hari manusia berubah total. Penggunaan disinfektan, sanitizer, serta masker sekali pakai menjadi hal wajib bagi masyarakat.

Kepatuhan warga pada penggunaan masker ini juga kian tinggi. Setidaknya bila berdasar pada hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Juli lalu. Hasilnya, 93 persen warga sudah mematuhi peraturan menggunakan masker.

“Tingkat kesadaran masyarakat sudah tinggi agar tidak tertular Covid-19,” terang Kepala BPS Kota Kediri Lilik Wibawati.

Namun, hal baik itu juga berpotensi pada munculnya dampak buruk. Pemakaian masker sekali pakai secara massal bisa menjadi ancaman besar pada lingkungan. Yaitu bila proses pembuangan tidak dilakukan dengan benar. Bahkan, ketika dibuang dengan benar pun bisa mengakibatkan menumpuknya sampah medis.

Berbeda dengan awal pandemi, pada 2020, ketika harga masker sekali pakai selangit, kali ini untuk mendapatkannya sangat mudah. Harganya terjangkau. Penjualnya pun tak terhitung. Banyak warga yang beralih menjadi penyedia masker sekali pakai.Yang dijajakan via online maupun langsung.

Harganya pun juga tak mahal. Rata-rata dijual dengan harga belasan hingga puluhan ribu rupiah satu boks.

Selain itu, masker juga sudah menjadi gaya hidup. Menjadi mode dalam penampilan keseharian. Itu dibuktikan dengan berbagai varian masker yang dipasarkan. Mulai dari masker biasa, KF94, atau KN95. Warna-warnanya pun sudah kian variatif. Tak melulu putih atau hitam.

Banyak pula yang menggunakan masker lebih dari satu. Mereka memadukan masker bedah dengan masker jenis lain. Selain agar semakin aman juga untuk menjaga penampilan.

Sayangnya, hal itu juga memunculkan problem kian melimpahnya sampah medis. Yang bila tak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah lingkungan yang pelik.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Kediri dr Fauzan Adima mengatakan limbah medis yang paling mengancam dan perlu segera diantisipasi adalah limbah yang berasal dari rumah tangga. Lazimnya limbah medis dikelola oleh rumah sakit atau tempat isolasi terpusat. Karena itu sudah ada pihak atau panitia yang bertanggung jawab untuk kelola limbah medis. "Namun yang perlu diantisipasi adalah limbah medis dari keluarga, terutama masker," ujarnya.

Fauzan menjelaskan, pengolahan dan pemusnahan limbah medis, terutama yang berasal dari rumah tangga, harus dilakukan dengan tepat. Jika tidak bukan tidak mungkin virus pada limbah tersebut menginfeksi orang-orang yang menyentuhnya.

Karena hingga saat ini cara pembuangan sampah medis khususnya dari rumah tangga masih menjadi problem. Hal itu dibuktikan, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui cara pembuangan masker dengan benar.

Alhasil, masker yang berfungsi sebagai pelindung bisa berubah jadi petaka bila dibuang sembarangan setelah dipakai karena berpotensi jadi media penularan. Dia menyarankan di tengah pandemi, setidaknya memilah sampah medis rumah tangga. Seperti masker medis, sarung tangan medis, tisu bekas mucus dan peralatan makan sekali pakai pasien COVID-19 dari sampah rumah tangga lainnya.

Sumber : https://radarkediri.jawapos.com/read/2021/09/12/288872/pendemi-limbah-masker-menggunung-di-kediri 

Post a Comment

0 Comments