Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura, Suryopratomo. Medcom.id/Fachri |
Jakarta: Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura, Suryopratomo (Tommy), mengatakan Indonesia siap membantu pemerintah Singapura dalam penanganan covid-19. Penularan virus korona di Negeri Singa tengah melonjak.
"Indonesia siap untuk membantu Singapura kalau memang dibutuhkan," kata Tommy dalam diskusi virtual bertajuk 'Meramu Keseimbangan Antara Kewaspadaan Gelombang Ketiga Covid-19 dan Kenormalan Baru', Rabu, 29 September 2021.
Tommy mengatakan pemerintah Singapura banyak membantu ketika Indonesia mengalami lonjakan kasus signifikan pada Juli 2021. Singapura membantu terkait sistem kesehatan di Indonesia.
"Ketika 15 Juli lalu Indonesia menghadapi situasi yang sangat berat, ketika sistem kesehatan kita betul-betul kewalahan untuk menangani jumlah pasien yang terkena covid-19," ujar Tommy.
Menurut Tommy, Singapura telah mengetatkan protokol penularan covid-19 sejak 27 September 2021. Kasus covid-19 di Singapura bertambah lebih dari 2.000 per hari.
Meluasnya varian Delta menjadi salah satu faktor meningkatnya kasus. Sedangkan, varian lain seperti Mu dan Lambda dipastikan belum terdeteksi.
"Singapura terpaksa melakukan pengetatan walaupun sebelumnya sudah disampaikan Pemerintah Singapura itu ingin mengubah pandemi menjadi endemi. Masyarakat Singapura diminta bersiap hidup berdampingan dengan covid-19," ucap Tommy.
Pernyataan hidup berdampingan itu disebut menjadi persoalan di Singapura. Masyarakat menganggap Kementerian Kesehatan Singapura tidak mencermati kondisi peningkatan kasus covid-19.
"Bahkan, sudah ada semacam gerakan untuk meminta pertanggungjawaban dari menteri kesehatan yang dianggap tidak memperhatikan persoalan kesehatan masyarakat. Ini yang kemudian menjadi persoalan di Singapura," ujar Tommy.
Tommy mengatakan situasi di Singapura sejatinya kondusif. Namun, seiring lonjakan kasus tersebut, sejumlah kebijakan pembatasan diterapkan kembali.
"Yang dilakukan oleh pemerintah Singapura sekarang ini adalah pembatasan melakukan social gathering, orang hanya boleh keluar dua orang," kata Tommy.
Makan di restoran pun, kata Tommy, harus orang yang sudah divaksinasi. Lalu, semua orang diminta untuk melakukan work from home (WFH) dan pelajar sekolah dasar kelas satu sampai kelas lima diminta belajar dari rumah.
"Sekali ini bagian dari upaya mengendalikan laju covid-19. Singapura sendiri relatif dan percaya diri untuk mengendalikan penularan," ujar Tommy.
Vaksinasi di Singapura
Vaksinasi covid-19 di Singapura telah mencapai 82 persen. Sebanyak 4,4 juta orang yang menjalani vaksinasi dua dosis.
"Bahkan, untuk mereka yang usianya di atas 60 tahun harus menjalani booster," ucap Tommy.
Vaksinasi di Singapura, kata Tommy, tidak bersifat wajib. Bahkan, sebagian masyarakat lanjut usia (lansia) enggan menerima suntikan vaksin.
"Mengapa orang tua itu tidak mau divaksinasi? Karena mereka menganggap tidak akan pernah pergi ke luar negeri jadi tidak perlu divaksinasi," ujar Tommy.
Pemerintah Singapura sejatinya menyediakan layanan vaksinasi bagi masyarakat. Mereka yang belum divaksinasi akan dilayani mengingat penularan kasus yang kian meningkat.
"Tetapi dengan kasus terakhir ini dimana hampir jumlah orang yang meninggal itu adalah lansia di atas 80 tahun, mempunyai komorbid, dan tidak divaksinasi, maka orang kemudian sekarang mau divaksinasi," kata Tommy.
0 Comments