![]() |
Ilustrasi varian Mu masuk dalam daftar Variant of Interest WHO. Varian Mu berasal dari Kolombia, dan varian virus corona baru ini teridentifikasi pertama kali pada Januari 2021. |
JAKARTA - Ahli epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, varian baru virus corona selalu muncul setiap harinya.
Namun, virus-virus tersebut, kata dia, kebanyakan tidak membahayakan manusia tetapi lebih merugikan virus itu sendiri.
"Sekarang varian baru itu tiap hari ada. Tapi varian baru ini banyak yang enggak merugikan manusia, banyaknya justru merugikan virus itu sendiri," kata Dicky dalam diskusi daring, Selasa (14/9/2021).
Kendati demikian, Dicky mengingatkan apabila manusia sudah mulai melonggarkan pencegahan penularan Covid-19 maka potensi kenaikan kasus baik karena varian baru atau bukan tetap ada.
Ia melanjutkan, jika dilihat dari sisi penularan Covid-19 di dunia sekarang ini memang tengah mengalami penurunan, namun tetap ada potensi kenaikan kasus pada tahun 2022.
"Tapi di 2022 ada potensi lagi. 2023 ada terus sampai 2025. Ini prediksi, ini skenario masa depan dari Covid-19," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dicky, masyarakat memang harus hidup berdampingan dengan Covid-19 namun tidak menggangu sektor kesehatan dan sektor vital suatu negara.
"Tapi untuk masuk ke tahap itu perlu banyak sekali kesiapan. Dan akan sebelumnya kalau tidak siap setidaknya pertengahan atau akhir tahun depan masih banyak korban. Korban ini dalam artian korban jiwa," ucap dia.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pemerintah tengah menyusun strategi untuk masyarakat agar bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.
Ia mengatakan, hal tersebut diperlukan untuk mengantisipasi pandemi Covid-19 yang diprediksi akan berlangsung lama.
"Konsep terkait strategi tersebut memang belum jadi. Namun, pemetaan sudah mulai dilakukan, antara lain untuk memetakan hambatan dari penerapan kebiasaan baru mulai dari protokol kesehatan, testing, dan tracing, serta vaksinasi. Ini penting agar kita siap beradaptasi dari pandemi ke endemi," kata Maxi di Jakarta, Selasa (7/9/2021), sebagaimana dikutip dari Kompas.id.
Maxi mengatakan, strategi hidup bersama Covid-19 tersebut disiapkan berdasarkan penilaian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu penularan di komunitas dan kapasitas respons penanganan Covid-19.
Ia menjelaskan, pemerintah akan melakukan pemetaan kondisi daerah berdasarkan penilaian tersebut untuk menentukan tingkat pembatasan kegiatan masyarakat.
0 Comments