Menuju 1 Juta Kasus, Covid-19 di RI Makin Tak Terkendali

 

Foto: Pemakaman jenazah korban covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Kasus Covid-19 di tanah air semakin mendekati angka psikologis 1 juta kasus. Sepanjang Januari 2021, penambahan kasus Covid-19 semakin melonjak karena adanya peningkatan testing dan penularan yang tinggi di masyarakat. Berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, hingga 24 Januari 2021 penambahan kasus sebanyak 246.084 kasus atau rata-rata penambahannya di atas 10.000 kasus baru per hari.

Lonjakan kasus mulai terlihat, sepekan setelah libur tahun baru dan dua pekan setelah libur natal 2020 dengan penambahan 10.617 kasus. Setelah itu, selama empat hari berturut-turut telah menembus rekor mulai 13 Januari hingga 16 Januari, masing-masing bertambah 11.278 kasus, 11.557 kasus, 12.818 kasus, dan 14.224 kasus.

Setelahnya, penambahan kasus harian selalu di atas 10.000 kecuali di awal pekan. Selain penambahan kasus yang tinggi, pada Minggu (24/01/2021), Indonesia mencatatkan positivity rate atau rasio positif Covid-19 yang semakin tinggi dengan persentase 33,24%. Angka tersebut melampaui rekor positivity rate pekan sebelumnya sebesar 32,82% pada Minggu (17/1/2021).Positivity rate per Minggu (24/1/2021) itu didapat dari penambahan kasus positif Covid-19 sebesar 11.788 dibagi jumlah pemeriksaan harian yang dilakukan terhadap 35.456 orang, kemudian dikali 100.

"(Kasus positif) Bertambah 11.287, total 907.929," dikutip dari data Satgas Penanganan Covid-19, Minggu (24/1/2021).

Rasio 33,24% itu mencapai enam kali lipat dari angka 5% ambang batas minimal positivity rate yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski demikian secara kumulatif positivity rate di Indonesia tercatat 16,9%.Demi menekan penambahan kasus dan penyebaran di masyarakat, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan dibutuhkan waktu agar pembatasan menunjukan hasilnya. Selain itu, penyebab dari virus ini pun menyebar lebih cepat dibandingkan intervensi yang dilakukan melalui pembatasan.

Dari hasil PSBB Ketat di DKI Jakarta pada September memberikan pembelajaran bahwa dampak dari intervensi baru akan muncul pada minggu ketiga pelaksanaannya. Sementara kejadian yang memicu penularan seperti libur panjang akan lebih cepat terlihat yakni dalam 7-10 hari.

"Jadi pelaksanaan intervensi seperti PPKM butuh waktu sampai terlihat dampaknya, evaluasi dari minggu pelaksanaan belum menunjukkan hasil yang signifikan. Pelaksanaan intervensi ini butuh perpanjangan waktu agar bisa lebih efektif dan membuat situasi ke arah baik," kata Wiku.

Sebelumnya, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan selain angka penularan yang masih tinggi di tengah masyarakat, lonjakan kasus dalam seminggu terakhir juga disebabkan oleh keterlambatan data sehingga ada penumpukan. Akibatnya kasus yang terjadi 2-3 pekan sebelumnya baru tercatat dan menyebabkan lonjakan data.

Adanya keterlambatan data ini juga tidak dapat dianggap sepele, karena penting mengetahui kasus aktif saat ini atau pasien yang membutuhkan perawatan.

Dia menjabarkan pekan lalu ada 22 ribu kasus aktif baru dalam waktu satu minggu, dan menjadi penambahan tertinggi yang pernah terjadi.

"Kita harus ambil catatan tren positivity rate yang meningkat, dan standar WHO untuk menurunkan pandemi sebisa mungkin di bawah 5%, kita punya positivity rate yang jauh di atas yang ditentukan," kata Dewi.


Sumber: Menuju 1 Juta Kasus, Covid-19 di RI Makin Tak Terkendali (cnbcindonesia.com)

Join our webinar "Prepare Your Factory for WFH" pastikan kesiapan teknologi pabrik dalam mencapai transformasi digital di masa pandemi ini - 28 Jan 2021. Daftar segera di EventCerdas.com / https://s.id/epson28jan 

Post a Comment

0 Comments