Kolaborasi Lebih Baik Dibanding Kompetisi

Yukki Nugrahawan Hanafi (Foto: Ist)

Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap dunia usaha. Hampir semua sektor luluh lantak akibat pandemi.   

Untuk bisa survive, para pengusaha mau tidak mau harus menyesuaikan strategi bisnisnya dengan kondisi pandemi. Hal itu pula yang dilakukan Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI). 

Dalam new normal atau tatanan kehidupan baru, menurut Yukki Nugrahawan Hanafi (Yukki NH), menonjolkan sifat keakuan semata tak tepat lagi meski memiliki keunggulan komparatif sekalipun. 

Bagi pria kelahiran Bandung, 53 tahun silam ini, sekarang adalah eranya kolaborasi. Berbeda dengan masa lalu, di mana kompetisi sangat kental, sekarang semua harus bekerja sama. 

“Kata kuncinya adalah collaboration is better than competition,” kata Yukki NH, menekankan. 

Sudah dua dekade Yukki malang melintang dalam bisnis logistik dan transportasi. Selain menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Interport Mandiri Utama, ia tercatat sebagai Komisaris PT Terminal Petikemas Surabaya dan Direktur Utama PT Sanggraha Pintar Logistik Indonesia. 

Yukki NH juga menjabat sebagai Chairman Asean Federation of Forwarders Associations (AFFA) dan Komite Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). 

Terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (DPP ALFI) pada 2014, Yukki NH terpilih kembali pada 2018 untuk periode kedua yang merupakan periode terakhir. Pada 2016, ia juga terpilih menjadi Chairman AFFA sampai sekarang. 

Kepada wartawan Investor Daily, Totok Hari Subagyo, ia membagikan sisi lain dari kehidupannya sebagai seorang pemimpin, termasuk pandangan dan prinsip-prinsip yang dipegangnya selama 20 tahun berkarier di bidang logistik. 

Bagaimana Awal Perjalanan Anda Hingga Terjun ke Bisnis Logistik? 

Secara singkat, mulai 2001, saya terjun di bidang logistik dan transportasi, terutama yang berkaitan dengan industri baja dan semen. 

Alasan Anda Menekuni Bisnis Logistik? 

Awalnya saya bercita-cita menjadi pilot. Tetapi akhirnya saya bekerja dan berusaha di bidang logistik dan transportasi. Meski tak seperti cita-cita awal, tetap saya syukuri karena banyak hal yang dapat saya pelajari di dunia logistik. Dunia logistik dan transportasi itu masuk ke semua aspek kehidupan. 

Bagaimana Kondisi Sektor Logistik Nasional Selama Pandemi? 

Pandemi telah memukul sektor logistik Indonesia. Bahasa yang saya pakai adalah dramatic decline, yaitu sebuah penurunan pada industri logistik yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II. 

Hubungan logistik dengan industri sangat kuat. Jika ada penurunan atau kenaikan aktivitas industri, aktivitas logistik akan mengalami penurunan atau kenaikan yang lebih besar. 

Ketika banyak negara memberlakukan lockdown, sebagian besar perusahaan manufaktur terpuruk. Beberapa terpaksa ditutup sementara, sementara yang tetap terbuka menghadapi pembatasan dalam mendapatkan pasokan barang dan bahan setengah jadi. 

Bidang Mana yang Paling Terdampak Pandemi? 

Secara umum, pandemi telah memukul seluruh aktivitas logistik, kecuali jasa logistik e-commerce dan barang pokok atau barang konsumsi. 

Cakupan kegiatan logistik sangat luas. Tidak hanya kegiatan perpindahan barang, namun juga meliputi orang, uang, dan data. Nah, sektor logistik yang paling terdampak pandemi adalah yang berhubungan dengan komoditas pada kegiatan industri dan ekspor-impor. 

Pembatasan aktivitas sosial pada masa pandemi Covid-19 di hampir seluruh dunia telah menurunkan supply-demand komoditas. Pembatasan itu juga mengakibatkan aktivitas produksi sektor industri hulu mengalami penyesuaian dan penurunan kapasitas. 

Kegiatan logistik yang terdampak berat selama pandemi adalah logistik yang pola transaksi perdagangannya berbasis B to B (business to business). Sedangkan pola transaski B to C (business to consumer) dan C to C (consumer to consumer) kategori ritel masih dapat bertahan, bahkan ada yang mengalami pertumbuhan positif. 

Kegiatan logistik yang terdampak berat di masa pandemi di antaranya jasa angkutan barang moda udara dan laut hingga jasa angkutan truk peti kemas atau ekspor-impor. 

Program yang Anda Dorong Bersama Asosiasi Saat Ini? 

Salah satunya adalah digitalisasi logistik yang terbuka dan mudah. Layanan logistik e-commerce dan layanan pengiriman barang (courier service) bisa bertahan selama pandemi, bahkan tumbuh positif, salah satu pemicunya adalah meningkatnya aktivitas digital masyarakat saat pandemi, termasuk belanja online. 

Semua pemangku kepentingan industri logistik menyatakan inilah kunci masa depan logistik Indonesia. Digitalisasi logistik selalu diawali transformasi digital, yaitu adanya perubahan business process yang memajukan nilai faster, better, dan cheaper. Ketiga nilai tersebut akan menciptakan operational excellence, di mana terjadi peningkatan kecepatan, kualitas, dan efisiensi yang diiringi penurunan biaya. 

Transformasi digital bukan semata-mata memindahkan proses bisnis manual menjadi digital melalui penerapan sistem tertentu, tapi harus disertai perubahan yang mengedepankan tiga nilai tersebut. 

Optimalisasi ketiga nilai digitalisasi memerlukan keterlibatan banyak pemangku kepentingan yang tidak terbatas pada keterikatan terhadap suatu platform tertentu saja. Diperlukan integrasi dalam suatu ecosystem yang memberikan nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan. 

Hal ini sejalan dengan Asean Connectivity 2025, di mana nilai utama yang dimajukan adalah seamless logistic guna menurunkan biaya logistik setiap anggota Asean. Ekosistem logistik yang saat ini dikembangkan ALFI, yang mengedepankan nilai trusted dan secure, telah terintegrasi dengan ekosistem logistik di negara-negara anggota Asean. 

Apa Langkah Konkret Anda Untuk Mendorong Daya Saing dan Isu Strategis Lainnya? 

Pada pertengahan Oktober 2020 ditandatangani Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) oleh 15 negara yang terdiri atas 10 negara Asean ditambah Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. 

RCEP juga menyampaikan ukuran-ukuran ekonomi dari fakta ke-15 negara tersebut, antara lain merepresentasikan 29,6% populasi dunia, 27,4% perdagangan dunia, 30,2% produk domestik bruto (PDB) dunia, serta 29,8% foreign direct investment (FDI) dunia. Itu menunjukkan market size dan oppurtunity yang sangat besar, sehingga isu-isu daya saing menjadi keniscayaan. 

Sementara itu, memasuki kuartal terakhir 2020, pebisnis logistik dan stakeholders dikejutkan oleh persoalan international shipment yang dipicu kelangkaan peti kemas atau kontainer. Padahal selama ini, international shipment sangat dipengaruhi perdagangan dari dan ke Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, angkutan intra-Asia dianggap kurang menguntungkan (shallow margin) sehingga secara urutan daya tarik angkutan adalah menuju AS, Eropa, baru kemudian intra-Asia. 

Kelangkaan peti kemas juga dialami sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia, yang salah satunya disebabkan faktor menurunnya perdagangan global. Faktor itu termasuk aktivitas ekspor AS yang mengakibatkan industri shipping global merasionalisasi biaya dengan melakukan pending shipment/omission. 

Persoalan tersebut semakin rumit tatkala importasi oleh AS tidak diimbangi kegiatan ekspornya, sehingga mengakibatkan peti kemas eks-impor tertahan di negara itu dan terjadi kelangkaan peti kemas secara global, termasuk di Indonesia. 

Di sisi lain, wacana intervensi pemerintah untuk mengatasi masalah kelangkaan peti kemas tersebut kurang efektif apabila menggunakan insentif karena memerlukan biaya besar. Pasalnya, kondisi semacam ini secara alami akan normal lagi saat perdagangan dunia pulih kembali sesuai mekanisme pasar. 

Nilai-Nilai dan Filosofi Hidup yang Anda Pegang? 

Kata kuncinya adalah collaboration is better than competition. Itu filosofi yang selalu saya pegang. Sampai era awal tahun 2000 merupakan era kompetisi. Namun, dalam banyak hal di kehidupan ini sekarang, kolaborasi merupakan kata kunci. 

Dunia bisnis kini sangat dinamis. Pelaku usaha seyogianya cepat melakukan penyesuaian dan bangkit dari keterpurukan. Hal itu relevan dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini dan era digitalisasi dalam Revolusi Industri 4.0. 

Bagaimana Anda Mengimplementasikannya dalam Memimpin Asosiasi? 

Dalam transformasi menuju digitalisasi logistik, misalnya, kami mesti sepaham bahwa digitalisasi bukan semata-mata memindahkan proses bisnis manual menjadi digital melalui penerapan sistem tertentu, melainkan harus disertai perubahan proses bisnis dengan mengedepankan nilai-nilai yang kita usung bersama. 

Perubahan proses bisnis inilah yang seringkali menimbulkan gesekan di antara pemangku kepentingan. Sebab, terkadang perubahan ini terhalang ego sektoral, di mana tidak diinginkan adanya perubahan peran dari pihak terkait. 

Kita sebaiknya tidak mengutamakan keakuan ataupun ego sektoral. Jika berkolaborasi menghasilkan suatu keluaran yang lebih baik bagi kemajuan pelaku bisnis logistik dan industri logistik nasional, kenapa tidak? 

Harapan Anda Kepada Pemerintah? 

Kebijakan reformasi logistik hanya dapat tereksekusi secara berkomitmen dan berkesinambungan jika ada satu leading sector yang fokus. Misalnya dibentuk badan Ad Hoc Logistik Nasional, dipimpin seorang kepala pemerintahan yang dalam hal ini adalah Presiden. 

ALFI terus mendorong dan mengawal tenggat pelaksanaan Ekolognas sesuai Instruksi Presiden (Inpres) No 5/2020 tentang Ekolognas yang berakhir hingga 2024. Kami yakin dalam empat tahun mendatang banyak hal yang bisa dilakukan National Logistics Ecosystem (NLE) dalam membangun pelantar besar. Dengan demikian, semua pelabuhan, bandara, maupun proses perizinan saling terhubung, termasuk pelantar yang dimiliki swasta. 

Merindukan Travelling 

Pemerintah Indonesia memilih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSPB) atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai kebijakan penanganan penularan Covid-19. Hal serupa dilakukan banyak negara. Meski memiliki konsekuensi pada aktivitas bisnis maupun mobilitas masyarakat, menurut Yukki Nugrahawan Hanafi, kebijakan itu layak didukung demi kebaikan bersama. 

Yukki sependapat bahwa penanganan aspek kesehatan dan ekonomi mesti selaras seperti telah menjadi garis kebijakan pemerintah. “Kita harus disiplin menerapkan protokol kesehatan, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas sosial,” ujar Yukki, yang selama pandemi tak lagi melakukan kegemarannya bersama keluarga, yakni travelling. 

“Kami suka travelling karena bayak hal yang dapat dipelajari. Tapi selama pandemi, di luar aktivitas pekerjaan dan organisasi, tentunya untuk sementara saya lebih banyak di rumah, walau kami merindukannya,” ujar dia. Yukki menyukai keindahan panorama laut. 

“Laut banyak memberi inspirasi. Di laut pula kita bisa introspeksi bahwa ternyata kita nggak ada apa-apanya di hadapan Tuhan,” tutur pria yang saat remaja hobi sepak bola itu. 

Yukki mengajak masyarakat untuk disiplin melaksanakan protokol kesehatan. “Banyak perubahan selama pandemi. Keluarga kami banyak belajar dan bersyukur, apa lagi saya pernah terkena Covid-19 walau masuk kategori orang tanpa gejala (OTG),” paparnya. (ts) 


Sumber: Kolaborasi Lebih Baik Dibanding Kompetisi (investor.id)



Mari lihat dan pelajari SMART MANUFACTURING dengan solusi ADVANTECH 04 Feb 2021 - segera daftar di EVENTCERDAS.COM / https://s.id/eventcerdas4feb 

Post a Comment

0 Comments